Masyarakat pedesaan identik degan persepsi kita wong deso, meminjam kata dari Tukul Arwana.
Terkadang kita sadar atau enggak memliki perasaan ujub ketika di hadapan mereka. Tapi sebenarnya jika orientasi kita menghilangkan cinta dunia, yang terjadi adalah sebaliknya.
Desa yang secara geografis terletak di Kabupaten Subang ini, telah mengajarkan betapa tingginya nilai sebuah kebersamaan dan rasa kekeluargaan.
Rasa kebersamaan begitu terasa kental ketika saya menginjakkan kaki di desa adik ipar ini. Sambutan dan sapaan yang tulus dari masyarakat membuat saya sekilas membayangkan betapa berbeda dengan kehidupan di kota.
Dan pastinya bukan cuma di desa ini saja, karena saya yakin di desa tempat anda dilahirkan pun, memiliki karakterstik kemasyarakatan yang barangkali serupa.
Sebuah tatanan kemasyarakatan yang papahayu, kata bahasa sunda namah. Atau kita juga mengenal filosofis yang terkenal "silih asah silih asih silih asuh". Ungkapan yang mendalam tersebut memiliki makna saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, menimbulkan sifat dan sikap untuk untuk saling mengasihi dan saling mengasuh; membimbing.
Meneduhkan hati memang, apalagi jika suasana kebersamaan seperti ini mudah ditemui di belantara perkotaan. Tapi sayangnya untuk mendapatkan terapi rohani GRATIS seperti ini kita mesti datang ke pedesaan. Mungkin kalo di kota, boleh dikatakan jauh panggang dari api, ya.
Sebuah pedesaan, yang tidak hanya menyajikan panorama alamnya, hubungan kemanusiaan dan semangat kebersamaan bisa menjadi salah satu terapi sakit masyarakat perkotaan.
Terkadang kita sadar atau enggak memliki perasaan ujub ketika di hadapan mereka. Tapi sebenarnya jika orientasi kita menghilangkan cinta dunia, yang terjadi adalah sebaliknya.
Desa yang secara geografis terletak di Kabupaten Subang ini, telah mengajarkan betapa tingginya nilai sebuah kebersamaan dan rasa kekeluargaan.
Rasa kebersamaan begitu terasa kental ketika saya menginjakkan kaki di desa adik ipar ini. Sambutan dan sapaan yang tulus dari masyarakat membuat saya sekilas membayangkan betapa berbeda dengan kehidupan di kota.
![]() |
Sumber: jakasppainter.wordpress.com |
Sebuah tatanan kemasyarakatan yang papahayu, kata bahasa sunda namah. Atau kita juga mengenal filosofis yang terkenal "silih asah silih asih silih asuh". Ungkapan yang mendalam tersebut memiliki makna saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, menimbulkan sifat dan sikap untuk untuk saling mengasihi dan saling mengasuh; membimbing.
Meneduhkan hati memang, apalagi jika suasana kebersamaan seperti ini mudah ditemui di belantara perkotaan. Tapi sayangnya untuk mendapatkan terapi rohani GRATIS seperti ini kita mesti datang ke pedesaan. Mungkin kalo di kota, boleh dikatakan jauh panggang dari api, ya.
Sebuah pedesaan, yang tidak hanya menyajikan panorama alamnya, hubungan kemanusiaan dan semangat kebersamaan bisa menjadi salah satu terapi sakit masyarakat perkotaan.